Selasa, 11 Juni 2013

BENDERA ACEH YANG SEBENARNYA (VERSI SEJARAH)


SALAH satu bukti Aceh pernah menjalin hubungan dengan Kerajaan Turki Usmani pada abad ke-16, Sultan Aceh masa itu menggunakan bendera Usmani.





Begini bendera Kerajaan Usmani yang digunakan Sultan Aceh

Selain bendera, juga dipamerkan bentuk surat berbahasa Melayu dan sampulnya dari kain songket merah, yang dikirim Sultan Mansur Syah dari Aceh kepada Sultan Usmani Abdulmecid tahun 1849.
Tampilan bendera tersebut dilampirkan pada salah satu poster dari Perpustakaan Inggris tentang Islam, Perdagangan dan Politik sepanjang Samudera Hindia, yang dipamerkan di lokasi Konferensi ke-4 International Centre for Aceh and India Studies (ICAIOS), di gedung ACC Unimal, Lhokseumawe, Minggu-Senin, 9-10 Juni 2013.
Selain bendera, juga dipamerkan bentuk surat berbahasa Melayu dan sampulnya dari kain songket merah, yang dikirim Sultan Mansur Syah dari Aceh kepada Sultan Usmani Abdulmecid tahun 1849.
Ada pula surat berbahasa Arab dari Sultan taha Saifuddin dari Jambi kepada Sultan Abdulmecid tahun 1858 berisi permintaan bantuan menghadapi Belanda. Juga surat berbahasa Arab dari Raja Ali Yang Dipertuan Muda ke-5 Riau kepada Sultan Abdulmecid tahun 1857 dengan sampul dari sutra hijau.
Berikutnya surat berbahasa Arab dari Sultan Ahmad Tajuddin Halim Syah dari Kedah kepada Sultan Usmani, meminta bantuan menghadapi bangsa Siam yang menyerang Kedah tahun 1824.
Sebelumnya diberitakan, pada abad ke-16, Aceh membangun hubungan langsung dengan Kerajaan Turki Usmani. Ketika Belanda mulai secara agresif memperluas kekuatannya di Sumatera, Aceh sekali lagi meminta bantuan pada Kerajaan Usmani.
Tahun 1849, Sultan Mansur Syah dari Aceh (bertakhta 1838-1870) mengirim utusan ke Sultan Abdulmecid dengan membawa surat yang menegaskan kembali status Aceh sebagai negeri di bawah kedaulatan Kerajaan Usmani, dan meminta bantuan menghadapi Belanda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar